Leptospirosis Mewabah di Jogja: Waspadai Gejalanya Sebelum Terlambat!

Suara Genz - Kasus Leptospirosis kembali meningkat di wilayah Yogyakarta dalam berapa pekan terakhir.

Leptospirosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Leptospira, yang umumnya menyebar melalui air yang telah tercemar urine tikus.

Penularan sering terjadi saat musim hujan, terutama di daerah dengan sistem sanitasi yang kurang memadai.

Leptospirosis bisa menyerang siapa saja, terutama yang sering beraktivitas diluar atau tinggal di area rawan genangan.

Gejala awalnya sering diabaikan, padahal bisa berakibat fatal jika tidak segera ditangani.

Berikut beberapa gejala awal leptospirosis yang perlu diwaspadai:

1. Demam tinggi (hingga 40°C)
2. Panas dingin
3. Sakit kepala
4. Nyeri otot
5. Penyakit kuning (kulit dan mata menguning)
6. Mual Muntah
7. Sakit perut
8. Diare
9. Ruam kulit

Jika tidak ditangani dalam 3–10 hari, leptospirosis bisa berkembang menjadi Sindrom Weil dengan gejala seperti:

1. Dada terasa sakit atau sesak
2. Batuk mengeluarkan darah (hemoptisis)
3. Susah bernapas Tinja berwarna hitam
4. Volume urine berkurang

Sindrom ini biasanya muncul 3–10 hari setelah gejala awal leptospirosis dan membutuhkan penanganan medis segera, termasuk perawatan intensif di rumah sakit.

Sangat penting untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat apabila mengalami gejala-gejala seperti di atas.

Terutama jika sebelumnya sempat melakukan kontak langsung dengan air banjir, genangan, atau lingkungan yang terkontaminasi.

Deteksi dini terhadap leptospirosis tidak hanya membantu dalam mempercepat proses pengobatan dan pemulihan, tetapi juga berperan krusial dalam mencegah terjadinya komplikasi serius seperti kerusakan hati, ginjal, hingga gangguan pernapasan yang dapat berujung pada kondisi fatal apabila tidak segera ditangani secara medis.

Leptospirosis bukanlah sekadar penyakit musiman yang hanya muncul saat musim hujan atau banjir melanda, melainkan ancaman kesehatan serius yang dapat terjadi kapan saja apabila kebersihan dan sanitasi lingkungan diabaikan.

Oleh karena itu, kewaspadaan terhadap penyakit ini harus ditanamkan sejak sekarang, dimulai dari kesadaran setiap individu untuk menjaga kebersihan diri, rumah, serta lingkungan sekitar.

Pencegahan yang efektif tidak hanya bergantung pada intervensi pemerintah atau tenaga medis, tetapi juga pada masyarakat dalam menerapkan pola hidup sehat.

Seperti memastikan saluran air tidak tersumbat, serta menghindari kontak langsung dengan genangan air yang berisiko tercemar urine hewan pembawa bakteri leptospira.

Masyarakat diimbau untuk menjaga kebersihan lingkungan, menutup makanan dan minuman dari potensi kontaminasi, serta menggunakan pelindung seperti sepatu bot saat beraktivitas di area basah atau kotor.


Editor : Qurrota A'yun 



Previous Post Next Post