Media sosial telah menjadi ruang utama pertukaran informasi bagi generasi muda, termasuk mahasiswa. Namun, derasnya arus informasi di media sosial sering membuat popularitas sebuah konten lebih di percaya daripada kebenarannya.
Informasi yang sedang viral pada masanya sering di terima tanpa adanya proses berpikir kritis, seolah jumlah like dan share cukup menjadi tolak ukur kebenarannya. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan untuk berpikir kritis menjadi kemampuan mahasiswa agar tidak terjebak dalam misinformasi yang dapat mempengaruhi cara pandang.
Scroll media sosial sudah menjadi bagian rutinitas mahasiswa. Bangun tidur, di sela kuliah, sampai tidur lagi mereka selalu tidak lupa untuk sekedar membuka sosial media. Dari isu serius, gosip semuanya lewat begitu saja di sosial media. Masalahnya, tidak semua yang lewat di beranda dengan like serta share yang banyak itu adalah sebuah kebenaran, meskipun terlihat meyakinkan karena sudah viral.
Di media sosial, sesuatu yang di anggap benar hanya karena sedang ramai di bicarakan. Banyak like, share lalu kemudian langsung di percaya. Padahal, viral tidak selalu sejalan dengan fakta. Tidak sedikit informasi yang keliru, sengaja di potong dari konteksnya untuk memancing emosi agar lebih cepat menyebar.
Mahasiswa yang sering di anggap sebagai kelompok kritis, ternyata juga sering terjebak dalam masalah ini. Masih sering di temui mahasiswa yang membagikan informasi tanpa membaca kesekuruhan secara utuh, apalagi mengcek sumbernya. Alasan ingin cepat berbagi karena informasi tersebut dianggap “Penting” atau sekedar arus agar tidak ketinggalan tren.
Fenomena ini semakin terasa ketika muncul isu politik, kebijakan publik dan konflik sosial. Informasi yang belum jelas kebenarannya bisa memicu perdebatan bahkan pertengkaran, baik di media sosial, di kolom komentar ataupun di lingkungan kampus. Diskusi yang bersumber pada fakta, data dan argumen malah menjadi tempat adu emosi dan opini.
Salah satu penyebabnya adalah cara kerja media sosial yang lebih suka konten yang mengundang kemarahan, takut atau terharu akan lebih mudah viral di bandingkan informasi yang datar namun akurat. Ditambah lagi, kebiasaan membaca yang setengah – setengah membuat banyak orang langsung percaya judul tanpa memahami isi.
Di tengah kondisi ini, logika dan berpikir kritis menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan. Mahasiswa perlu membiasakan diri untuk berhenti sejenak dan berpikir tentang keakuratan informasi sebelum membagikannya kepada orang banyak. Cukup dengan pertanyaan sederhana seperti siapa yang membuat informasi ini, darimana sumbernya dan masuk akal atau tidak isi dari informasi tersebut. Tidak semua informasi yang kita terima harus langsung di share.
Informasi yang sedang viral memang menggoda untuk di bagikan namun, kebenaran jauh lebih penting. Kalau mahasiswa ingin mempunyai peran sebagai kelompok yang di anggap berpikir dam membawa perubahan, maka bersikap kritis di media sosial adalah langkah awal. Mulai dari hal sederhana, “Gunakan logika sebelum tombol share.”
Sebagai seorang mahasiswa yang sering di anggap sebagai kelompok kritis, kita harus bisa lebih bijak dalam menerima informasi. Jangan asal menyebarkan informasi hanya bermodal jumlah like yang banyak lalu kemudian kita ikut menyebarkannya, kita harus benar – benar memperhatikan keakuratan informasi tersebut sebelum membagikannya.
Pada akhirnya, media sosial hanya alat bukan penentu kebenaran. Ramainya sebuah informasi bukan berarti benar sebaliknya, sepinya sebuah isu bukan berarti keliru. Mahasiswa memiliki tanggung jawab untuk tidak sekedar menjadi bagian keramaian tetapi menjadi suara yang berpikir jernih.
Dengan membiasakan diri menggunakan logika dan sikap kritis, mahasiswa dapat menciptakan ruang digital yang sehat. Bukan dengan ikut – ikutan viral melainkan memilih untuk berpikir dan menyaring sebelum berbagi.
Artikel ini dibuat untuk memenuhi tugas Drs. Widiyatmo Ekoputro, M.A. dosen pengampu mata kuliah pengantar psikologi kelas C, dengan saya Nayla Arifa Siregar_1152500103 selaku penulis dari artikel ini.
Nama : Nayla Arifa Siregar
NIM : 1152500103
Mata kuliah : Logic And Critical Thinking [ C ]
Dosen Pengampu : Drs. Widiyatmo Ekoputro, M.A.