Suara Genz - Bulan Suro atau Muharram merupakan salah satu waktu yang dinantikan masyarakat Muslim Jawa. Sebagai bulan pertama dalam kalender Hijriah, masyarakat di berbagai daerah di Pulau Jawa kerap merayakannya dengan beragam tradisi khas yang unik.
Salah satu momen penting di bulan Suro adalah malam 1 Suro. Pada malam tersebut, masyarakat Jawa umumnya mengadakan berbagai kegiatan bernuansa spiritual dan budaya, seperti tirakatan, ziarah ke makam leluhur, hingga menggelar kirab pusaka.
Selain sebagai bentuk pelestarian budaya, sebagian masyarakat Jawa juga masih mengaitkan bulan ini dengan mitos dan kepercayaan tertentu. Pertanyaannya, kapan malam 1 Suro 2025 berlangsung?
Kapan Malam 1 Suro 2025?
Mengutip buku berjudul Misteri Bulan Suro: Perspektif Islam Jawa oleh Muhammad Sholikhin (2010), malam 1 Suro merupakan malam yang jatuh tepat sebelum tanggal 1 Suro dalam penanggalan Jawa. Momen tersebut bertepatan dengan tanggal 1 Muharram dalam kalender Hijriah.
Berdasarkan kalender Hijriah Indonesia tahun 2025 yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Ditjen Bimas Islam), Kementerian Agama (Kemenag), 1 Muharram 1447 H atau 1 Suro 1959 Jawa jatuh pada Jumat, 27 Juni 2025.
Artinya, malam 1 Suro tahun 2025 akan diperingati pada Kamis malam, 26 Juni 2025. Dalam kalender Hijriah, pergantian hari memang dimulai saat matahari terbenam, bukan tengah malam seperti dalam sistem penanggalan masehi.
Tradisi Peringatan Malam 1 Suro
Mengutip situs resmi Kemenag, bulan Suro adalah momen yang sakral bagi masyarakat Jawa. Selain menandai awal tahun, malam 1 Suro dimaknai sebagai waktu untuk merenung, berdoa, dan menjalankan berbagai tradisi yang diyakini membawa ketenangan serta keselamatan.
Merujuk pada penelitian berjudul Makna Filosofis Tradisi Suroan pada Masyarakat Jawa di Kelurahan Padang Serai, Kota Bengkulu oleh Yusantri Andesta, berikut adalah sejumlah tradisi yang biasa dilakukan dalam menyambut malam 1 Suro:
1. Ziarah ke Makam Leluhur
Tradisi ini dilakukan untuk mendoakan leluhur sekaligus mengenang jasa-jasa mereka. Selain sebagai bentuk penghormatan, ziarah juga mengingatkan akan asal-usul dan tujuan hidup manusia (Sangkan Paraning Dumadi).
2. Larung Sesaji
Larung sesaji adalah bentuk sedekah alam yang dilakukan dengan melarungkan sesaji ke laut, sungai, atau tempat sakral lainnya. Ritual ini menjadi simbol rasa syukur serta penghormatan terhadap alam yang dianggap sebagai sumber kehidupan.
3. Siraman Malam 1 Suro
Siraman pada malam 1 Suro dilakukan dengan mandi menggunakan air bercampur bunga, yang menjadi simbol penyucian diri secara fisik. Ritual ini menjadi bagian dari persiapan untuk menjalani tirakat selama bulan Suro, di mana seseorang diharapkan lebih menjaga hati, pikiran, dan perilaku dari hal-hal negatif.
4. Kirab dan Pembersihan Pusaka (Jamasan)
Dalam tradisi ini, benda pusaka dibersihkan dan diarak (kirab) sebagai bentuk pelestarian warisan leluhur. Pusaka dianggap tidak hanya benda, tetapi simbol nilai dan falsafah hidup yang dijaga turun-temurun.
Editor : Qurrota A'yun
Tags
𝚗𝚎𝚠𝚜